Suma.id: Kegiatan G20 berperan penting untuk memastikan terwujudnya ekonomi laut (biru) yang berkelanjutan. Hal itu karena negara-negara G20 membentuk 45% garis pantai dunia dan 21 dari zona ekonomi ekslusif.
“Ini memiliki peran penting yang tidak dapat disangkal dalam melindungi ekosistem laut,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan pidato dalam Tri Hita Karana (THK) Ocean20 & Launch of The National Blue Agenda Action Partnership di BNDCC 2, Nusa Dua, Bali, Sebin, 14 November 2022.
“Mengembalikan nilai dan memastikan keberlanjutan ekonomi laut dalam jangka panjang merupakan peluang luar biasa untuk menangani banyak prioritas dalam agenda G20,” ujar Luhut.
Dia menambahkan, lautan menutupi 71% permukaan planet bumi dan menawarkan sumber daya terbarukan dan tidak terbarukan. Bagi miliaran orang, ini dianggap sebagai sumber penghidupan yang vital, dan memiliki prospek yang sangat besar untuk mempromosikan inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan pekerjaan.
Aset samudra utama bernilai $24 triliun, dan nilai layanan turunan diproyeksikan menjadi $2,5 triliun per tahun, atau 1,5 triliun dikurangi manfaat non-pasar. 3–5% dari PDB dunia terwakili.
Namun, kata Luhut, potensi laut untuk pertumbuhan ekonomi saat ini sangat berkurang dan cenderung memburuk karena penangkapan ikan yang berlebihan, perusakan ekosistem dari pukat dasar, penambangan dasar laut, industri lepas pantai (seperti ekstraksi minyak dan gas), polusi dari industri lepas pantai, dan pertambangan dasar laut.
“Pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, dan inovasi adalah topik inti dari agenda G20. Dengan demikian, ada peluang yang jelas untuk menemukan solusi baru untuk aspek-aspek utama dari agenda sambil juga mengatasi tantangan lingkungan kritis yang membahayakan sistem global,” jelasnya.
Di bawah kepemimpinan Indonesia, lanjut Luhut, KTT G20 secara aktif melibatkan sektor swasta, akademisi, dan LSM dalam memperkuat komitmen untuk membangun dan bertransisi ke laut yang berkelanjutan, membawa harapan baru dalam pemulihan krisis kesehatan dan peningkatan sistem pemerintahan yang retak secara politik.
Adapun Ocean20, atau O20, bertujuan untuk memberikan kebijakan yang konkret dan dapat ditindaklanjuti rekomendasi dan strategi untuk kerja sama regional, berdasarkan prioritas yang ditetapkan oleh masing-masing kepresidenan bergilir, untuk memacu investasi dan pertumbuhan ekonomi laut sambil melindungi, memulihkan, dan memperbaruinya.
Itu dinilai akan menyediakan platform untuk dibuat dan direalisasikan oleh perusahaan global terkemuka dunia dan negara-negara G20 komitmen terhadap laut yang berkelanjutan dan inklusif, dan memanfaatkan peluang pasar dalam ekonomi laut.
Hal tersebut dapat dicapai diantaranya melalui kerja sama dengan para pemimpin politik untuk mengatasi kesenjangan saat ini dalam tata kelola dan pengelolaan laut, dan menetapkan dasar untuk kesehatan laut, industri laut yang berkelanjutan, dan investasi laut untuk pengembangan masyarakat dan komunitas yang bermanfaat bagi laut yang berkelanjutan.
“Karena alasan ini, Indonesia sangat tertarik mengusulkan agar G20 diselenggarakan oleh Forum dan diselenggarakan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia selama kepresidenan G20 tahun ini dan mengikuti kepresidenan G20 bergilir, bekerja sama eerat dengan industri terkait dan forum masyarakat sipil sebagai serta akademisi,” jelas Luhut.