suma.id – Pada Juli 2025, Tiongkok resmi memblokir OnlyFans, platform berlangganan yang dikenal dengan konten eksklusif, termasuk materi dewasa. Dengan lebih dari 300 juta kunjungan bulanan secara global, OnlyFans telah menjadi fenomena digital yang memicu kontroversi di banyak negara. Namun, di Tiongkok, pemerintah menerapkan larangan total sebagai bagian dari kebijakan anti-pornografi dan pengendalian internet yang ketat. Artikel ini mengulas alasan di balik pemblokiran OnlyFans, dampaknya bagi pengguna dan kreator, serta konteks sensor internet di Tiongkok yang dikenal sebagai Great Firewall.
Tiongkok Resmi Blokir OnlyFans pada Juli 2025
Pada 15 Juli 2025, Tiongkok memperkuat pemblokiran terhadap OnlyFans melalui langkah-langkah teknis berikut:
- Penyaringan DNS dan IP melalui Great Firewall untuk memblokir akses situs.
- Pembatasan transaksi pembayaran melalui platform seperti Alipay dan WeChat Pay.
- Penindakan terhadap VPN ilegal yang digunakan untuk mengakses situs yang diblokir.
Menurut Central News South Africa (23 Juli 2025), pemerintah Tiongkok menyebut OnlyFans sebagai “penyakit Barat yang korup” yang bertentangan dengan nilai-nilai sosialisme dan moral tradisional Tiongkok. Pemblokiran ini menegaskan komitmen Tiongkok untuk melindungi warganya dari konten yang dianggap “polusi spiritual”.
Alasan Tiongkok Memblokir OnlyFans
1. Menolak Pengaruh Budaya Barat
Tiongkok memandang OnlyFans sebagai simbol “dekadensi Barat” yang mempromosikan individualisme dan kebebasan seksual, bertentangan dengan nilai-nilai Konfusianisme dan ideologi sosialisme. Pemerintah menilai platform ini merusak harmoni sosial dan budaya tradisional Tiongkok.
2. Kebijakan Anti-Pornografi yang Ketat
Tiongkok memiliki hukum ketat yang melarang produksi, distribusi, dan konsumsi konten pornografi. Menurut Wikipedia (Pornography in China), pelaku distribusi konten dewasa dapat menghadapi hukuman hingga penjara seumur hidup. Istilah “polusi spiritual” digunakan untuk menggambarkan konten yang dianggap merusak kesehatan mental masyarakat, terutama anak muda. OnlyFans, dengan reputasinya sebagai platform konten dewasa, dianggap sebagai ancaman langsung.
3. Pengendalian Internet melalui Great Firewall
Tiongkok mengoperasikan Great Firewall, sistem sensor internet paling canggih di dunia, yang memblokir lebih dari 200.000 domain, termasuk Google, Facebook, dan Instagram. OnlyFans masuk dalam daftar hitam karena kontennya dianggap tidak sesuai dengan regulasi siber nasional. Cyberspace Administration of China (CAC) juga mewajibkan platform domestik seperti WeChat dan Sina Weibo untuk menerapkan sensor mandiri menggunakan AI untuk menyaring konten sensitif.
Dampak Larangan OnlyFans di Tiongkok
1. Kreator Lokal Kehilangan Peluang Monetisasi
Meskipun OnlyFans sebagian besar digunakan oleh kreator internasional, beberapa kreator Tiongkok mengandalkan VPN untuk menghasilkan pendapatan dari pelanggan global. Dengan pemblokiran ini, mereka kehilangan akses ke platform dan beralih ke alternatif lokal seperti Xigua Video atau Bilibili, yang memiliki batasan monetisasi dan sensor ketat. Hal ini membatasi kreativitas dan potensi pendapatan mereka.
2. Frustrasi Pengguna Muda Urban
Banyak pengguna muda di kota besar Tiongkok menggunakan OnlyFans untuk eksplorasi identitas dan hiburan alternatif. Larangan ini memaksa mereka mencari platform bawah tanah atau forum di dark web, yang berisiko tinggi karena pengawasan ketat pemerintah. Menurut The Daily Guardian (21 Juli 2025), larangan ini memicu kekecewaan di kalangan pengguna yang melihatnya sebagai pembatasan kebebasan digital.
3. Lonjakan Pasar VPN Ilegal
Pemblokiran OnlyFans meningkatkan permintaan akan VPN premium, dengan harga langganan melonjak 50–70% sejak Juli 2025. Namun, pemerintah Tiongkok memperketat penindakan terhadap penyedia VPN ilegal, dengan denda hingga 15.000 yuan (Rp 33 juta) atau hukuman penjara bagi pelaku. Hal ini membuat akses ke OnlyFans semakin sulit dan berisiko.
Reaksi Publik terhadap Pemblokiran OnlyFans
Reaksi terhadap larangan ini bervariasi di platform global dan domestik:
- Platform global (Reddit, X): Pengguna di luar Tiongkok, seperti di r/ChinaPolitics, mengkritik pemblokiran sebagai bentuk kontrol berlebihan. Seorang aktivis di Hong Kong berkomentar, “Ini bukan tentang moral, ini tentang menjaga kendali atas informasi dan budaya.”
- Platform domestik (Weibo): Sebagian besar netizen Tiongkok mendukung larangan, menyebutnya sebagai langkah untuk “membersihkan ruang digital” dan melindungi nilai-nilai tradisional. Beberapa pengguna bahkan mengejek OnlyFans sebagai “sampah Barat”.
Konteks Sensor Internet di Tiongkok
Tiongkok memiliki sistem sensor internet yang sangat ketat, yang mencakup:
- Great Firewall: Memblokir ribuan situs asing, termasuk media sosial, berita, dan platform kreator seperti OnlyFans.
- UU Siber Nasional 2017: Mengatur konten yang dianggap mengganggu “ketertiban sosial”, termasuk pornografi, konten LGBTQ+, dan kritik terhadap pemerintah.
- Kontrol AI: Algoritma canggih dari perusahaan seperti Alibaba dan Tuputech secara otomatis menyaring kata kunci, gambar, dan video yang dianggap tidak pantas.
- Blacklist Konten: Meliputi pornografi, kekerasan, diskusi politik sensitif, dan konten yang dianggap memicu “diskriminasi atau perilaku tidak etis”.
Menurut Freedom House (2024), Tiongkok mendapat skor “Not Free” dalam laporan Freedom on the Net, dengan lebih dari 100.000 situs diblokir dan jumlah jurnalis serta aktivis digital yang dipenjara terbanyak di dunia.
Mengapa Dunia Perlu Waspada?
1. Preseden untuk Negara Lain
Larangan OnlyFans di Tiongkok dapat menginspirasi negara-negara dengan kecenderungan konservatif, seperti Rusia, Turki, atau Indonesia, untuk menerapkan pembatasan serupa terhadap platform dewasa. Rusia, misalnya, memblokir OnlyFans pada 2023 dengan alasan “konten tidak bermoral”.
2. Isolasi Digital Warga Tiongkok
Dengan pemblokiran platform global seperti OnlyFans, YouTube, dan TikTok internasional, warga Tiongkok semakin terisolasi dalam ekosistem internet domestik yang dikontrol ketat. Hal ini membatasi akses mereka ke informasi dan budaya global, memperkuat narasi resmi pemerintah.
3. Peralihan ke Platform Web3 dan Kripto
Sebagai respons terhadap sensor, beberapa kreator beralih ke platform Web3 berbasis blockchain yang tahan sensor, seperti Fansly atau platform berbasis kripto. Teknologi ini memungkinkan monetisasi tanpa ketergantungan pada sistem pembayaran konvensional yang dikontrol pemerintah, meskipun tetap berisiko karena pengawasan ketat Tiongkok terhadap transaksi kripto.
Kesimpulan: Pemblokiran OnlyFans dan Visi Tiongkok untuk Internet
Pemblokiran OnlyFans di Tiongkok pada Juli 2025 bukan sekadar larangan terhadap platform dewasa, tetapi bagian dari strategi besar untuk menjaga hegemoni budaya dan moral di ruang digital. Melalui Great Firewall, kebijakan anti-pornografi, dan penindakan VPN, Tiongkok memperkuat kontrol atas informasi dan ekspresi warganya. Langkah ini mencerminkan pandangan pemerintah bahwa kebebasan digital harus dibatasi demi menjaga “stabilitas sosial”.
Bagi dunia, pemblokiran ini menjadi pengingat akan dampak sensor internet terhadap inovasi, kreativitas, dan kebebasan berekspresi. Negara-negara lain perlu mencermati tren ini, terutama di tengah meningkatnya sentimen konservatif global. Untuk pembaruan lebih lanjut tentang kebijakan internet Tiongkok, pantau sumber resmi seperti situs Cyberspace Administration of China atau laporan dari organisasi seperti Freedom House.