Suma.id: Dunia telah terhubung melalui internet dan media sosial berarti bahwa bencana hingga konflik di satu wilayah dengan cepat bisa direspons dari belahan dunia lain. Analis mencermati lonjakan penipuan bersamaan dengan datangnya musibah berkedok pengumpulan dana merupakan peluang yang harus diwaspadai.
Professor of Computer Science Researcher di Universitas Pordoe Gene Spafford mengatakan, para penipu ini seringkali memanfaatkan link dan tautan agar penyumbang percaya. Dengan berpura-pura mewakili lembaga-lembaga amal dan kemanusiaan.
“Sering terlihat peningkatan penipuan begitu ada krisis kemanusiaan, mulai letusan gunung berapi, gempa bumi, hingga konflik Ukraina. Penjahat memanfaatkan iktikad baik orang dengan menipu agar memberikan uang atau sumbangan,” kata Gene Spafford, Kamis, 10 Maret 2022.
Gene menyebut, penipu sering meniru atribut lembaga amal yang sah dan mengecoh situs tampilan internet. Ia menyarankan agar para penyumbang menghindari link situs yang sekilas tampak mirip hingga melakukan verifikasi melalui situs terpercaya.
“Cari dan riset situs terpercaya seperti Charity Watch atau Charity Navigator. Kemudian, pastikan dan cermati alamat situs tersebut benar,” tambah Gene.
Profesor Specializes in Nonprofit Management and Policy Universitas Indiana Beth Gazley. Ia mengatakan, jika terjadi krisis kemanusiaan seperti di Ukraina, orang cenderung bermurah hati. Ia menyarankan para penyumbang untuk tidak emosional, karena hal ini memiliki risiko penipuan yang sangat besar.
“Jangan buru-buru merogoh kantong. Verifikasi terlebih dahulu organisasi yang menurut sosial media sedang menggalang dana,” kata Beth.
Klaim 100 persen uang yang disumbangkan akan disampaikan langsung kepada mereka juga patut dicurigai menurut analis. Karena organisasi nirlaba pun membutuhkan biaya operasional.