SUMA.ID — WhatsApp, aplikasi pesan instan di bawah naungan Meta, baru-baru ini mengungkap adanya kampanye peretasan global yang menargetkan kurang dari 200 individu di berbagai negara. Meski jumlah korbannya terbatas, serangan siber ini menarik perhatian karena tingkat kecanggihannya dan potensi dampaknya yang luas terhadap ranah sosial dan politik.
Kampanye ini memanfaatkan celah keamanan pada aplikasi WhatsApp dan perangkat Apple, memungkinkan pelaku untuk menyusup hingga mengambil alih kendali perangkat korban. Artikel ini akan membahas detail serangan, siapa saja yang menjadi target, langkah WhatsApp, serta cara pengguna melindungi diri dari ancaman serupa.
Siapa Target Peretasan Ini?
Laporan awal menunjukkan bahwa korban bukanlah pengguna biasa, melainkan individu dari kalangan aktivis, jurnalis, dan anggota organisasi masyarakat sipil. Pemilihan target yang spesifik ini mengindikasikan tujuan peretasan lebih mengarah pada spionase digital ketimbang pencurian data untuk keuntungan finansial.
Meskipun serangan ini pertama kali terdeteksi pada perangkat Apple (iOS dan macOS), para ahli keamanan menduga bahwa pengguna Android dan aplikasi lain juga berpotensi rentan terhadap metode serupa.
Respons Cepat WhatsApp dan Kolaborasi dengan Amnesty International
WhatsApp segera mengambil tindakan dengan merilis pembaruan keamanan (patch) untuk menutup celah keamanan yang dimanfaatkan peretas, termasuk kerentanan CVE-2025-55177 pada aplikasi WhatsApp dan CVE-2025-43300 pada perangkat Apple. Pembaruan ini diterapkan pada WhatsApp untuk iOS (versi 2.25.21.73, 28 Juli 2025), WhatsApp Business untuk iOS (versi 2.25.21.78, 4 Agustus 2025), dan WhatsApp untuk Mac (versi 2.25.21.78, 4 Agustus 2025).
Selain itu, WhatsApp bekerja sama dengan Amnesty International’s Security Lab, yang dipimpin oleh Donncha Ó Cearbhaill, untuk melakukan investigasi forensik guna memahami cakupan dan dampak serangan. Amnesty melaporkan bahwa kampanye ini, yang aktif sejak akhir Mei 2025, menggunakan metode zero-click yang tidak memerlukan interaksi pengguna, menjadikannya sangat berbahaya.
Dampak dan Ancaman Spionase Digital
Meskipun hanya menyasar kurang dari 200 orang, serangan ini memiliki implikasi besar karena sifatnya yang sangat terarah. Kampanye ini menunjukkan tren ancaman siber yang semakin selektif, dengan potensi dampak seperti:
- Ancaman terhadap Kebebasan Berekspresi: Aktivis dan jurnalis yang menjadi target berisiko kehilangan privasi, membatasi ruang gerak mereka.
- Kebocoran Data Sensitif: Informasi rahasia dapat disalahgunakan untuk kepentingan politik atau ekonomi.
- Menurunnya Kepercayaan Publik: Serangan ini dapat menggoyahkan kepercayaan pengguna terhadap platform digital seperti WhatsApp, yang digunakan oleh miliaran orang setiap hari.
Fokus pada spionase digital menegaskan bahwa serangan ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga isu hak asasi manusia, terutama karena menargetkan individu yang sering menjadi sasaran pengawasan oleh pihak tertentu.
Cara Pengguna Melindungi Diri
Untuk meminimalkan risiko serangan siber serupa, pengguna WhatsApp disarankan untuk mengambil langkah-langkah berikut:
- Perbarui Aplikasi dan Sistem Operasi: Pastikan WhatsApp dan sistem operasi perangkat (iOS, Android, atau lainnya) selalu diperbarui ke versi terbaru untuk mendapatkan patch keamanan terkini.
- Waspadai Aktivitas Mencurigakan: Perhatikan tanda-tanda seperti aplikasi yang terbuka sendiri, penurunan performa perangkat, atau aktivitas tidak biasa lainnya.
- Aktifkan Autentikasi Dua Faktor: Tambahkan lapisan keamanan dengan mengaktifkan autentikasi dua faktor di WhatsApp dan akun terkait.
- Laporkan Insiden Keamanan: Jika mencurigai perangkat diretas, segera laporkan ke WhatsApp atau otoritas keamanan siber setempat.
WhatsApp juga telah mengirimkan notifikasi ancaman kepada kurang dari 200 pengguna yang diduga menjadi target, dengan rekomendasi untuk melakukan factory reset perangkat dan memperbarui sistem operasi.
Kesimpulan: Ancaman Siber yang Semakin Terarah
Kampanye peretasan global yang diungkap WhatsApp menyoroti evolusi ancaman siber yang semakin canggih dan selektif. Meski hanya menargetkan kurang dari 200 individu, dampaknya terhadap kebebasan berekspresi, privasi, dan kepercayaan publik bisa sangat signifikan. Langkah cepat WhatsApp dalam menutup celah keamanan dan berkolaborasi dengan Amnesty International patut diapresiasi, namun kewaspadaan pengguna tetap menjadi kunci untuk menjaga keamanan digital.
Untuk informasi lebih lanjut tentang pembaruan keamanan WhatsApp, kunjungi situs resmi WhatsApp atau pantau laporan dari Amnesty International’s Security Lab.
Catatan: Artikel ini dioptimalkan untuk SEO dengan kata kunci seperti “kampanye peretasan WhatsApp 2025”, “spionase digital”, “keamanan siber WhatsApp”, dan “celah keamanan Apple” untuk meningkatkan visibilitas di mesin pencari.















