SUMA.ID – Planet Jupiter kembali mencuri perhatian dunia astronomi dengan munculnya badai petir raksasa di Sabuk Khatulistiwa Selatan (SEB). Fenomena ini tidak hanya menakjubkan secara visual, tetapi juga berpotensi mengubah tampilan sabuk cokelat kemerahan yang menjadi ciri khas planet terbesar di tata surya ini, menurut para peneliti.
Sorotan Fenomena Badai Petir di Jupiter
- Lokasi Badai: Badai petir raksasa ini terjadi di Sabuk Khatulistiwa Selatan (SEB), pita awan gelap yang melingkari Jupiter.
- Kedalaman Badai: Badai berlangsung sekitar 100 km di bawah permukaan atmosfer Jupiter, didorong oleh proses konveksi awan.
- Dampak Visual: Badai ini dapat menyebabkan sabuk cokelat SEB memudar, seperti yang pernah terjadi pada periode 1973-1991 dan tahun 2010.
Tangkapan Gambar Lang idealistic ka oleh Astrofotografer
Pada 30 November 2024, astrofotografer Michael Karrer berhasil merekam fenomena langka ini menggunakan teleskop Celestron 8 inci dari Austria. Dalam fotonya, terlihat dua bercak putih besar yang mencolok di SEB, menandakan kehadiran badai petir raksasa. Menurut Spaceweather.com, badai ini cukup besar untuk “menelan” Bumi jika dibandingkan ukurannya.
John Rogers, astronom dari British Astronomical Association yang mengkhususkan diri pada pengamatan Jupiter, menyebut fenomena ini sebagai “badai petir raksasa.” Ia mencatat bahwa peristiwa serupa terakhir kali terdeteksi pada 2016-2017, menjadikan kemunculan ini sebagai peristiwa yang jarang terjadi.
Perubahan Warna Sabuk akibat Badai
Badai petir ini, meski tidak sekuat Bintik Merah Besar Jupiter yang legendaris, memiliki dampak signifikan. Ketika badai mulai pecah, warna pucatnya bercampur dengan awan berkarat SEB, menyebabkan sabuk tersebut memudar secara bertahap. Gambar terbaru menunjukkan aliran putih tipis di belakang badai, yang menjadi indikator awal pemudaran. Menurut Astronomy Magazine, fenomena serupa pernah menyebabkan SEB tampak “hilang” sepenuhnya pada beberapa periode, seperti antara 1973-1991 dan pada 2010.
Kilat Hijau yang Unik
Berbeda dengan badai petir di Bumi yang menghasilkan kilat berwarna biru, kilat di Jupiter berwarna hijau karena atmosfernya kaya akan amonia, menurut NASA. Proses konveksi dalam awan Jupiter memicu badai ini, mirip dengan mekanisme badai di Bumi, namun dengan karakteristik yang jauh lebih ekstrem.
Momen Terbaik untuk Mengamati Jupiter
Badai ini terjadi bertepatan dengan posisi oposisi Jupiter pada 6 Desember 2024, ketika planet ini berada pada jarak terdekat dengan Bumi. Pada periode ini, Jupiter tampak sangat terang di langit malam dan bahkan dapat dilihat dengan mata telanjang. Para astronom amatir dan profesional, seperti Michael Karrer, memanfaatkan momen ini untuk mengabadikan keindahan dan dinamika Jupiter.
Peluang Emas untuk Pecinta Astronomi
Meski belum dapat dipastikan apakah badai ini akan menghapus sabuk cokelat SEB sepenuhnya, para ilmuwan terus memantau perkembangannya. Fenomena ini menawarkan kesempatan langka bagi penggemar astronomi untuk menyaksikan perubahan dramatis pada Jupiter. Dengan teleskop sederhana, Anda pun dapat mengamati keajaiban alam semesta ini dari Bumi.
Baca Juga: Penemuan Planet Mirip Bumi oleh Ilmuwan
Kata Kunci: Badai petir Jupiter, Sabuk Khatulistiwa Selatan, SEB Jupiter, badai raksasa, kilat hijau, astronomi, oposisi Jupiter, Michael Karrer, perubahan warna sabuk.