Suma.id–Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan musim kemarau tahun 2023 akan lebih panjang dan kering dibandingkan tiga tahun terakhir. Salah satu faktornya yakni fenomena El Nino.
“Ada potensi El Nino 50-60 persen. Tapi seandainya tidak ada El Nino, ada juga wilayah yang musim kemaraunya lebih kering dari normal,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Minggu, 30 April 2023.
Berdasarkan analisis data, ada beberapa wilayah yang berpotensi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal atau jadi lebih kering, diantaranya Aceh bagian utara, sebagian sumut, Riau bagian utara, Sumatera bagian selatan.
Baca Juga: Lampung Diperkirakan Memasuki Musim Kemarau pada Mei
Lalu, sebagian besar Jawa, Bali, sebagian Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
“Untuk wilayah tersebut yang diprediksi lebih kering dari normalnya dikhawatirkan akan mengalami resiko bencana kekeringan metereologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih,” kata Dwikorita.
Baca Juga:Musim Kemarau 2023 Diprediksi Terkering, Ini Penjelasan BMKG
Untuk itu BMKG mengimbau kepada pemerintah dan masyarakat wilayahnya masuk dalam kategori musim kemarau di bawah normal atau lebih kering, untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau.
“Ini adalah peringatan dini potensi kemarau yang relatif lebih kering daripada tiga tahun terakhir atau dibandingkan biasanya agar kita lebih bersiap menampung air hujan yang saat ini masih terjadi,” katanya.
Kemarau di Lampung
Sementara berdasarkan data BMKG Stasiun Klimatologi Lampung mengatakan beberapa wilayah akan masuk musim kemarau pada Mei Dasarian I atau minggu pertama bulan Mei 2023.
Baca Juga: BMKG Sebut 2023 Kemarau Lebih Kering Dibanding 2022
Wilayah itu diantaranya Seputih Mataram, Seputih Surabaya, Seputih Banyak, Rumbia, Trimurjo, Punggur, Gunungsugih, Bangunrejo bagian timur, Terbanggibesar bagian barat dan Padang Ratu bagian timur.
Lalu, Raman Utara, Purbolinggo, sebagian besar Sukada, Way Jepara, Labuhan Maringgai bagian tengah hingga utara, Metro Kibang, Batanghari, Bantul, Pekalongan, Sekampung, sebagian kecil Sukadana bagian barat, Menggala bagian tengah hingga selatan.
Selanjutnya yakni Tanjungbintang, Natar, sebagian kecil Abung Selatan bagian selatan, dan sebagian kecil Gedong Tataan bagian utara hingga timur juga akan masuk musim kemarau pada awal Mei 2023.
BMKG Stasiun Klimatologi Pesawaran memprediksi bahwa panjang musim kemarau di Lampung akan terjadi hingga 16-18 dasarian. Sementara untuk puncak musim kemarau akan berlangsung pada Agustus 2023.
“Jadi untuk daerah-daerah dengan peluang terjadinya curah hujan rendah, perlu melakukan langkah antisipasi memilih budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, waspada kebakaran hutan, lahan dan semak, serta menghemat penggunaan air bersih,” kata Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi, Eva Nurhayati.
BMKG meminta pemerintah daerah untuk melakukan pemanenan atau penampungan air di saat hujan masih berpotensi mengguyur wilayah Lampung.
“Air hujan dapat ditampung dan dialirkan untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya melalui gerakan memanen air hujan. Hal itu sebagai bentuk antisipasi kemarau panjang yang akan terjadi tahun ini,” kata Eva. (TV2)