Suma.id: Bencana gempa bumi bisa selalu terjadi. Untuk itu masyarakat diminta untuk senantiasa waspada. Di Lampung, wilayah Tanggamus, Pesisir Barat dan Lampung Barat masuk ke dalam daerah rawan gempa karena adanya patahan/sesar Semangko.
Bahkan, tercatat selama 1-2 Juli 2021, terdapat 187 peristiwa gempa berkekuatan mulai dari Magnitudo 1,1 sampai Magnitudo 4,6 di Tanggamus.
“Tanggamus sering terjadi gempa, karena dilintasi jalur sesar Sumatra,” kata Kepala Stasiun Geofisika BMKG Lampung Utara, Anton Sugiharto, kepada Lampost.co, Jumat, 2 Juli 2021.
Menurut dia, Lampung memiliki geografis yang kompleks. Hal itu terlihat dari wilayahnya yang dilalui jalur bukit barisan dan diapit dua lempeng besar, yaitu Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Selain itu berada di wilayah pegunungan yang berada pada zona patahan semangko (Sumatra Transform Fault Zone) yang membentang sepanjang 1,900 Km dari Aceh hingga Teluk Semangka Lampung.
Lempeng tektonik Indo-Australia bergerak dari selatan dengan kecepatan antara 6 sampai 14 cm per tahun. Pergerakan itu sering menimbulkan gempa di darat dan laut yang berpotensi menimbulkan tsunami, seperti yang terjadi di Aceh, Nias dan Mentawai.
Sistem Sesar Sumatra sepanjang 1.900 km terbagi menjadi 19 segmen utama, yaitu Segmen Sunda, Semangko dan Kumering.
Segmen Sunda (6.75LS – 5.9LS), merupakan segmen sesar Sumatra yang berada paling selatan. Keberadaannya ditandai dengan adanya graben bawah laut di bawah perairan Selat Sunda. Kedalaman graben mencapai 1.800 meter dibawah lantai dasar laut sepanjang sekitar 150 km.
Segmen Semangko (5.9LS – 5.25LS), memanjang dari Teluk Semangko sepanjang 6 km ke arah barat laut yang mengakibatkan terbentuknya Lembah Suoh di Lampung Barat. Histori kegempaan yang terjadi pada segmen itu diataranya terjadi pada 26 Maret1908.
Terakhir Segmen Kumering (5.3LS – 4.35LS) memiliki panjang 150 km. Segmen itu melewati Danau Ranau yang berada di perbatasan antara Lampung dan Sumatra Selatan. Histori kegempaan yang terjadi adalah gempa Liwa pada 24 Maret 1933 berkekuatan 7,5 Ms. Selain itu gempa Liwa pada 16 Februari 1994 berkekuatan 6,8.
Selain tiga sesar tersebut, di daerah Lampung juga masih terdapat Sesar Tarahan. Sesar Tarahan berada di sepanjang pantai bagian timur Teluk Lampung. Sesar ini menerus ke daratan Sumatra melalui daerah Tarahan, Panjang dan lereng timur Gunung Rajabasa. Bahkan diperkirakan menerus ke perairan Selat Sunda. Struktur sesar diduga sebagai jenis sesar mendatar yang bergerak relatif dipengaruhi adanya gerak vertikal.
Berdasarkan hal tersebut dan data historis kegempaan setiap tahunnya, serta data-data seismisitas lainnya, terlihat Lampung mempunyai tingkat kegempaan yang cukup tinggi dan sangat potensial terjadinya gempa besar atau merusak dan tsunami. “Untuk itu diperlukan upaya preventif untuk meminimalisir dampak kerugian akibat gempa dan tsunami,” ujarnya.