Suma.id: Kepulauan Natuna sebagai wilayah yang berada di perbatasan Indonesia menjadi salah satu target pembangunan jaringan telekomunikasi oleh pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kominfo).
Kehidupan dan aktivitas keseharian sebagian warga Natuna di tengah laut mendorong kebutuhan telekomunikasi yang baik demi keamanan dan kelancaran khususnya sektor perhubungan laut, perikanan, dan penjagaan kedaulatan negara di laut.
Apalagi secara geografis, letak Laut Natuna yang sangat strategis berbatasan langsung dengan tujuh negara di Asia Tenggara dan menjadikan Natuna sebagai salah satu prioritas keamanan laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Melalui pembangunan tower Base Transceiver Station (BTS) yang disebar ke berbagai titik di perbatasan, sinyal telekomunikasi diharapkan dapat dirasakan hingga wilayah perairan Natuna.
Salah satu daerah di Natuna yang belum memiliki akses jaringan telekomunikasi yang memadai ialah Desa Ceruk di Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. Untuk itu, BAKTI Kominfo sedang membangun site tower BTS di desa tersebut.
Project Manager pembangunan BTS di Desa Ceruk, Muhammad Saleh, menyebut masyarakat setempat turut membantu pembangunan BTS yang sempat mengalami kendala pengiriman material ini.
“Alhamdulillah sekarang material tower sudah sampai. Sekarang kita lagi pembangunan tower,” ujarnya dalam program Bakti Untuk Negeri yang tayang di Metro TV, tadi malam.
Baca: Stasiun Kendali Satelit Satria Mulai Dibangun
Desa Ceruk berada di lereng Bukit Ranai yang menyebabkan jaringan telekomunikasi internet belum lancar. Demi mencari informasi dan berkomunikasi secara lancar dengan pihak luar, warga Desa Ceruk harus berjuang terlebih dulu mencari sinyal ke daerah dataran tinggi atau pergi ke bukit.
“Dari 2001 kami sudah mengusulkan (dibangun jaringan telekomunikasi), lewat Musrenbang, lewat reses anggota DPRD, semua upaya sudah kami lakukan. Perjuangannya untuk dapat ini luar biasa sulitnya. Sekarang sudah mulai dibangun, harapan kami cepat selesai, semoga bangunan tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat desa,” ungkap Kepala Desa Ceruk, Aramli.
Desa ini juga telah dikenal masyarakat setempat sebagai penghasil buah durian yang berkualitas baik. Penjualan durian dan hasil buah yang didapat biasanya dilakukan di pasar atau di depan rumah warga. Di samping itu, ada pula yang memanfaatkan jaringan internet untuk mejualnya secara daring.
Salah satu penjual buah di Desa Ceruk, Umril, berharap sinyal di desanya makin baik dan merata. Pasalnya, saat ini dia harus mencari dataran tinggi untuk bisa mem-posting dagangannya ke internet.
“Harus lancar (sinyal internet) biar kita bisa jualan di rumah. Ini kan kita harus cari tempat yang ada sinyalnya. Kalau bisa di rumah kan lebih enak, kita sambil baring aja bisa kita upload,” tuturnya.
Selain itu, jaringan telekomunikasi di Natuna juga dibutuhkan untuk sektor perhubungan. Kadis Perhubungan Kabupaten Natuna Allazi menyebut secara umum kecamatan-kecamatan di wilayah ini sudah terhubung jaringan telekomunikasi meskipun masih ada beberapa titik yang belum terkover.
Karena berbentuk kepulauan, kelancaran transportasi laut tentu akan berpengaruh terhadap perekonomian warga Natuna dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Proses jual beli pun kerap dilakukan secara online antarpulau ataupun provinsi.
Contohnya yang dilakukan salah satu toko di Pulau Bunguran Besar yang menjual berbagai kebutuhan rumah tangga. Yanti, sang pemilik toko, mengaku mengambil barang dari Kalimantan dengan memesan melalui aplikasi pesan singkat.
Perluasan jaringan telekomunikasi di Natuna sedang dilakukan oleh BAKTI Kominfo dengan pembangunan 17 tower BTS baru. Saat ini, 9 di antaranya sudah masuk dalam proses pembangunan.
Bupati Natuna Wan Siswandi menyampaikan lokasi pembangunan tower BTS banyak berlokasi tak jauh laut. “Kita prioritaskan untuk kecamatan dulu. Kemudian di kecamatan kan ada beberapa desa yang belum (punya tower BTS). Desa yang belum ini mau kita prioritaskan karena desa-desa itu letaknya juga di pinggir laut,” katanya.
Dengan dibangunnya BTS di pinggir laut, lanjut Wan, jaringan telekomunikasi dan internet diharapkan bisa dirasakan oleh para nelayan, salah satunya menyoal keamanan mereka di laut perbatasan. Dinas Perikanan Daerah sudah mengupayakan berbagai program, di antaranya uji coba 20 alat automatic identification system (AIS).
Alat tersebut berguna untuk keamanan nelayan saat di tengah laut. Namun, semua itu masih terkendala dengan terbatasnya kontektivitas jaringan telekomunikasi.
Tidak hanya untuk nelayan, jaringan telekomunikasi juga dibutuhkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut sebagai garda terdepan untuk mengawasi jalur lalu lintas perairan. Akses jaringan telekomunikasi ini sangat dibutuhkan apabila terjadi illegal fishing atau keadaan darurat nelayan Nusantara saat berlayar.
“Harapan saya ke depan jangkauan komunikasi kita bisa sampai ke laut lepas atau ke landas kontinen kita sehingga pelaporan yang dilaksanakan oleh nelayan bisa langsung diaksi oleh unsur-unsur KRI atau pesawat apabila terjadi tindak pelanggaran atau kecelakaan laut,” tutur Danlanal Ranai Natuna Kolonel Laut (P) Dofir.