Bandar Lampung, suma.id – Pasar kecerdasan buatan (AI) di China semakin kompetitif seiring kebijakan pemerintah setempat yang menghentikan penjualan chip Nvidia dan membatalkan kontrak terkait. Langkah ini membuka peluang besar bagi Huawei untuk mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin di industri AI domestik, sekaligus menantang dominasi global Nvidia.
Huawei Connect 2025: Roadmap Chip AI dan Ambisi Besar
Pada gelaran Huawei Connect 2025 di Shanghai, Huawei memamerkan rencana pengembangan chip AI terbarunya, termasuk seri Ascend dan prosesor data center Kunpeng. Untuk pertama kalinya, perusahaan asal Shenzhen ini mengungkap roadmap jangka panjang yang menunjukkan komitmen mereka dalam inovasi semikonduktor.
Jadwal Peluncuran Chip Ascend dan Superkomputer Atlas
Huawei merencanakan peluncuran chip Ascend generasi baru secara bertahap:
- 2026: Ascend 950, mendukung superkomputer Atlas 950 dengan 8.192 chip.
- 2027: Ascend 960, yang akan menggerakkan Atlas 960 dengan 15.488 chip.
- 2028: Ascend 970, dengan performa yang diklaim melampaui kompetitor global.
Atlas 960 diproyeksikan menjadi salah satu superkomputer tercepat di dunia, unggul dalam efisiensi energi dan kecepatan pemrosesan.
Inovasi HBM Buatan Huawei
Eric Xu, Rotating Chairman Huawei, mengungkapkan bahwa perusahaan kini memiliki teknologi high-bandwidth memory (HBM) sendiri. Teknologi ini sebelumnya didominasi oleh raksasa Korea Selatan seperti SK Hynix dan Samsung. Dengan HBM buatan sendiri, Huawei mampu meningkatkan performa chip secara signifikan setiap tahun, menegaskan posisinya sebagai pelopor inovasi semikonduktor China.
Infrastruktur Pendukung Huawei
Menurut laporan analis Omdia, keunggulan Huawei tidak hanya terletak pada chip, tetapi juga pada infrastruktur pendukungnya. Jaringan telekomunikasi canggih dan pasokan listrik yang melimpah di China memungkinkan Huawei mengatasi keterbatasan produksi. Infrastruktur ini juga mendukung pengembangan supernode berkecepatan tinggi, memberikan keunggulan kompetitif.
Nvidia Tersingkir, Huawei Mengisi Kekosongan
Kebijakan larangan chip Nvidia membuat perusahaan Amerika tersebut kehilangan akses ke pasar AI China, yang merupakan pasar terbesar kedua di dunia. Huawei memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat posisinya sebagai penyedia solusi AI domestik, sekaligus menunjukkan ambisi kemandirian teknologi China.
Konteks politik turut memengaruhi dinamika ini. Menjelang pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump untuk membahas isu perdagangan, langkah Huawei ini dinilai sebagai “modal strategis” bagi China. Pengamat dari National University of Singapore memprediksi bahwa ketegangan teknologi antara AS dan China akan terus berlanjut, namun Huawei tetap berada di jalur untuk memperkuat pengaruhnya.
Kebangkitan Huawei Pasca-Sanksi AS
Sanksi yang dijatuhkan AS pada 2019 sempat memperlambat langkah Huawei di sektor chip. Namun, perusahaan ini justru bangkit dengan mengembangkan ekosistem semikonduktor domestik yang kuat. Peluncuran chip Ascend 910C pada awal 2025 menjadi bukti kembalinya Huawei ke panggung global. Dengan roadmap agresif hingga 2028, Huawei mengirim sinyal kuat bahwa mereka siap menjadi alternatif utama bagi Nvidia, terutama di pasar China.
Kesimpulan: Huawei Mengubah Peta Persaingan AI
Kombinasi strategi teknologi Huawei dan dukungan kebijakan proteksionis dari Beijing diperkirakan akan mengubah lanskap persaingan AI global. Sementara Nvidia kehilangan pangsa pasar di China, Huawei muncul sebagai simbol kemandirian teknologi dan penantang serius di kancah internasional. Dengan inovasi chip Ascend, superkomputer Atlas, dan teknologi HBM, Huawei siap memimpin revolusi AI dari China.














