Suma.id: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Malikussaleh, Aceh Utara, memprakirakan cuaca panas yang terjadi di beberapa wilayah di Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, berakhir awal Maret.
Kepala BMKG Stasiun Malikussaleh, Siswanto, mengatakan cuaca panas di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir mencapai 32 derajat celsius. Cuaca panas ini akibat minimnya pertumbuhan awan penghujan, sehingga menimbulkan panas menyengat.
“Cuaca panas ini terjadi karena kondisi uap air yang ada di atmosfer kurang, sehingga tidak sanggup untuk memicu adanya pertumbuhan awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan,” kata Siswanto.
Siswanto menjelaskan kondisi puncak cuaca yang berlangsung curah disertai panas menyengat masih akan dirasakan masyarakat Kota Lhokseumawe dan sekitarnya hingga tujuh hari ke depan dan diprakirakan berakhir awal Maret mendatang.
“Dengan cuaca panas menyengat seperti saat ini mengakibatkan kelembaban udara cukup rendah dan diprediksi pertengahan Maret nanti mulai ada peningkatan awan-awan hujan, meskipun tidak signifikan,” katanya.
Menurut dia pemanasan permukaan pada peningkatan suhu udara terjadi karena minimnya awan akibat analisis kelembaban udara relatif (RH) lapisan atas yang sangat kering.
Terkait titik api, Siswanto menyebutkan dari hasil pantauan satelit terdapat tiga titik api di wilayah Aceh Utara. Kondisi tersebut mengalami penurunan dibandingkan hari kemarin yang mencapai 10 titik api.
Hal tersebut berpotensi terjadinya kebakaran. Di wilayah pelayanan BMKG Stasiun Malikussaleh terpantau memiliki potensi yang cukup tinggi untuk terjadinya kebakaran,” katanya.
BMKG Stasiun Malikussaleh memiliki wilayah pelayanan yang meliputi enam Kabupaten/Kota yakni Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa dan Aceh Tamiang.
Siswanto meminta agar masyarakat lebih waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama bagi yang akan membuka lahan baru.
Selain itu juga mengimbau masyarakat yang beraktivitas di luar rumah agar lebih menjaga kondisi cairan tubuh dari dehidrasi terutama pada siang hari.
“Kami minta masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain yang diakibatkan oleh suhu panas udara,” kata Siswanto.