Suma.id: Perekonomian Provinsi Sumatera Utara (Sumut) tercatat menunjukkan perbaikan, jika dilihat dari meningkatnya permintaan maupun penawaran. Hal ini membuat Bank Indonesia (BI) memprediksi perekonomian pada triwulan II 2021 akan lebih tinggi dari triwulan I 2021.
Kepala Perwakilan BI wilayah Sumut, Soekowardojo mengungkapkan, pihaknya meyakini perekonomian Sumut akan mulai pulih pada triwulan II 2021.
“Pemulihan ekonomi Sumut sebenarnya sudah terlihat pada triwulan I 2021,” ujarnya, Selasa, 29 Juni 2019.
Dia mengatakan, pada periode itu tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar -1,85% (yoy). Angka tersebut lebih baik dari triwulan sebelumnya yang hanya -2,94% (yoy).
Perbaikan terlihat di sisi ekspor karena didorong permintaan mitra dagang dan juga peningkatan harga komoditas. Hal ini terkonfirmasi dari purchasing managers index (PMI) di Amerika Serikat, Singapura, Zona Eropa dan Jepang.
Karena itu BI memprediksikan pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II 2021 akan menyentuh zona positif. Komponen-komponen utama permintaan dan penawaran akan membaik.
Pertanian beberapa komoditas utama juga akan memasuki musim panen. Hanya saja, kata dia, sektor perdagangan domestik memang masih kontraksi karena adanya PPKM Mikro sepanjang triwulan I 2021.
Namun setelah implementasi vaksin, mobilitas masyarakat diyakini akan meningkat dan perekonomian akan berjalan lebih baik. Aktivitas dunia usaha akan kembali pulih, pembukaan lapangan kerja dan pekerjaan proyek infrastruktur juga akan kembali meningkat.
Lebih lanjut Soekowardojo menerangkan pihaknya memerkirakan inflasi Sumut pada 2021 akan meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. Walau begitu, inflasi diproyeksi masih di rentang sasaran nasional, yaitu 3% – ±1%.
Pangan yang harganya bergejolak (volatile food) mempengaruhi inflasi di Sumut, terutama cabai merah. Karena itu sangat penting menjaga ketersediaan dan stabilitas harga cabai merah.
Secara historis, cabai merah menjadi penyumbang inflasi/deflasi utama, sehingga penting bagi Sumut untuk memperhatikan daerah-daerah penghasil utama seperti Kabupaten Batubara, Karo, Simalungun, Dairi dan Langkat.
“Perlu diperhatikan agar kesinambungan pasokan terjaga. Selain itu, daging ayam ras, minyak goreng dan ikan juga penyumbang inflasi/deflasi,,” imbuhnya.