Suma.id: Ia menjalajahi dunia dari Venesia. Siapa yang tak kenal Marco Polo? Pedagang kelahiran Italia, 15 September 1254 ini disebut pandai menghimpun cerita-cerita yang terkesan unik dan terdengar aneh di telinga orang-orang Eropa. Marco Polo mengawali kemasyhuran namanya saat tiba di Tiongkok, menelusuri jalur sutra.
Dalam masa pengembaraannya, ia juga pernah singgah di Indonesia, tepatnya di Sumatra. Pada tahun 1290-an itulah, Marco Polo menyebut Sumatra sebagai “Jawa Kecil”. Ia menjadi saksi pendirian negara pelabuhan Islam pertama, di sepanjang pantai bagian utara pulau Sumatra.
Pulau raja-raja
Marco Polo mencatat, ia mampir di sebanyak empat kesutanan dari total delapan kerajaan yang ada di Sumatra. Yang paling terkenal ialah cerita persinggahannya di Kerajaan Perlak, Aceh Timur. Ia terkesima dengan ragam bahasa di Sumatra yang kaya dan berbeda-beda.
Marco Polo menyebut wilayah Perlak saat itu masih didiami penduduk penyembah berhala. Hingga akhirnya Islam datang melalui para pedagang Arab yang pada akhirnya mengubah cara hidup sebagian besar dari mereka.
Kerajaan kedua yang disinggahi Marco Polo adalah Basman atau Peusangan. Menurut dia, cara pandang dan tradisi penduduk di sana banyak terinspirasi Kubilai Khan. Padahal, mereka tak pernah sekalipun kontak apalagi mengirimkan upeti untuk pemimpin Kerajaan Mongol tersebut.
Marco Polo menuliskan, Basman dihuni oleh rakyat yang kejam tanpa dipandu payung hukum sebagai penjamin keamanan dan ketertiban.
“Tak ada satu pun tempat di seluruh Hindia atau pun di wilayah lain yang lebih liar selain di sini,” tulis dia.
Dalam catatan berikutnya, Marco Polo juga mengaku pernah menginjakkan kaki di wilayah Kerajaan Sumatra alias Samudra Pasai. Di sini, dia bertahan selama lima bulan.
Baca: Sumatra dalam Catatan Ibnu Battutah
Unicorn Sumatra
Kerajaan keempat yang disinggahi Marco Polo adalah Dragoian alias Pidie. Dia mencatat, kerajaan ini memiliki raja dan bahasa tersendiri. Masyarakatnya mengiblat pada Khan Yang Agung dan menyembah berhala.
Dalam Sumatra Tempo Doeloe, dari Marco Polo sampai Tan Malaka (2014), sejarawan Asia Tenggara Anthony Reid menyebutkan, penjelajahan di Pasai berikutnya, Marco Polo berjumpa dengan Malik Al-Saleh, raja yang kuat dan dikenal kaya raya.
Pengaruh kekuasaan yang dimiliki Al-Saleh itulah yang di kemudian hari membuat Islam berkembang luas di wilayah Nusantara hingga ke sebagian besar kawasan Asia Tenggara.
Marco Polo menulis, Malik Al-Saleh menikahi putri raja Perlak dan memiliki dua anak. Ketika dia berkuasalah, kunjungan Marco Polo disambut dan diterima.
Ada kisah unik yang diceritakan Marco Polo hasil dari penjelajahannya di Sumatra. Sekembalinya di Eropa, ia mengisahkan bahwa Sumatra adalah tempat nyata bagi hewan legendaris yang biasanya hanya ditemukan dalam dongeng dan legenda.
Ia mengatakan, di Sumatra, kuda bertanduk satu alias unicorn itu memang benar adanya.
Belakangan, penelitian dan perkembangan dunia pengetahuan membeberkan bahwa yang dimaksud unicorn oleh Marco Polo ialah badak sumatra.