Suma.id: Harga ikan laut segar di Provinsi Aceh sejak sebulan terakhir bertahan mahal karena minimnya hasil tangkapan nelayan akibat faktor cuaca.
Krisis hasil tangkapan nelayan itu diantaranya meliputi Kabupsten Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Kota Lhok Seumawe, Aceh Timur dan Kota Langsa, yang merupakan kawasan pencarian ikan oleh para nelayan di perairan laut Selat Malaka.
Di Pasar Grosir Ikan Segar, Koota Sigli Ibukota Kabupaten Pidie misalnya, pada Selasa, 7 September 2021, harga ikan tongkol yang biasanya berkisar Rp18.000 hingga Rp20.000 per kg (kilogram), sekarang naik menjadi R 28.000 hingga 30.000 per kg. Lalu ikan kembung yang semula Rp20.000 – Rp25.000, sekarang berkisar Rp35.000-Rp40.000 per kg. Ikan dencis yang harga biasanya berkisar Rp18.000 hingga Rp25.000 kini bertahan sekitar Rp35.000- Rp40.000 per kg.
Hal itu terjadi karena hasil tangkapan nelayan di perairan Selat Malaka berkurang sejak sepekan terakhir. Ini diduga karena sering terjadi cuaca buruk seperti gelombang dan arus laut.
“Modal kami sangat mahal dan tidak mungkin menjual murah. Bahkan kalau kondisi seperti ini, kami sering rugi karena daya beli konsumen berkurang. Apalagi saat pandemi covid-19, warga lebih mengutamakan kebutahan beras dan biaya sekolah anak dari pada membeli ikan dengan harga tinggi” kata Ikhwan, penjual ikan di Kota Sigli, Ibokota Kabupaten Pidie.
Karena rendahnya hasil tangkapan, sebagian nelayan tradisional berhenti melaut. Mereka kadang lebih memilik menjala ikan di tepi pantai.
“Untuk menjala ikan, tidak harus mengeluarkan biaya, cukup menggunakan jaring jala yang ada di rumah. Tapi kalau pergi ke laut berlayar dengan perahu harus mengisi bahan bakar minyak. Kan rugi bila tidak ada hasil tangkapan” tutur Abdullah, nelayan di pesisir Pasi Rawa, Kota Sigli. (MI)