Suma.id: Berdasarkan perbandingan statistik testing dan populasi, kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia dan 3 besar di seluruh dunia. Informasi itu dikemukakan Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Kamis, 28 Januari 2021.
Menurut Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi, meski program vaksinasi sudah mulai dilakukan di hampir seluruh wilayah di Tanah Air, hal ini hanya merupakan salah satu upaya pencegahan (preventif). Kondisi tersebut
tidak akan berjalan maksimal apabila masyarakat tetap abai dalam menjalankan protokol kesehatan 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Tim Mitigasi IDI juga meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan strategi testing secara serentak bagi seluruh lapisan masyarakat sehingga bisa menentukan diagnosis dini agar dapat tindakan segera bagi yang terkonfirmasi positif.
“Situasi penularan covid19 saat ini sudah tidak terkendali, terutama karena aktivitas mobilitas masyarakat semakin meningkat. Testing ini dibutuhkan untuk bukan hanya screening (penyaringan), melainkan juga tracing (penelusuran) dan evaluasi penyembuhan. Saat ini, angka testing di Indonesia masih baru mencapai kurang dari 5% dari total populasi penduduk Indonesia,” kata Adib.
Selain itu, sambung dia, Tim Mitigasi IDI juga mengimbau pemerintah setempat dan pengelola fasilitas kesehatan untuk memberikan tes rutin. Tes itu dilakukan guna mengetahui status kondisi kesehatan terkini para pekerja medis dan kesehatan yang bertugas menangani pasien.
Pada kesempatan itu, tim mengumumkan pembaruan data tenaga medis yang wafat akibat covid-19 sepanjang pandemi yang berlangsung mulai Maret 2020 hingga pertengahan Januari 2021. Tercatat, sebanyak 647 petugas medis dan kesehatan wafat akibat terinfeksi virus korona. Perinciannya, 289 dokter (16 guru besar) dan 27 dokter gigi (3 guru besar), 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker, dan 15 tenaga lab medik.
Data itu dirangkum Tim Mitigasi IDI dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (Patelki), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
Evaluasi kasus
Secara terpisah, anggota DPRD DKI Gilbert Simanjuntak meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat mengevaluasi adanya kasus kematian petugas atau tenaga kesehatan (nakes).
Pemprov DKI Jakarta, menurut dia, menduduki urutan kedua dengan total 90 nakes yang meninggal dunia. Terdiri atas 43 dokter, 10 dokter gigi, 25 perawat, 2 apoteker, 3 tenaga lab medik, dan 7 bidan. “Sebaiknya ini dievaluasi di mana penyebabnya karena terkesan ada faktor abai di dalamnya,” kata Gilbert kepada Media Indonesia.
Adapun kemungkinan kematian nakes tersebut saat awal pandemi karena adanya kekurangan alat pelindung diri (APD). Pihaknya, imbuh Gilbert, akhir-akhir ini bahkan mendengar saat awal banyak yang menggunakan jaket hujan dan kantong plastik sebagai topi.
Dengan meninggalnya sejumlah nakes tersebut, beban akan semakin berat. Ia menyarankan sebaiknya seluruh pemerintah daerah termasuk Pemprov DKI juga memperhatikan hal tersebut. “Kita berharap kedukaan dan penderitaan orang lain menimbulkan empati, bukan memanfaatkannya sekadar mencari simpati. Sikap ini sebaiknya dilakukan dengan tulus berpihak kepada korban, dalam hal ini nakes,” pungkasnya. Sumber: Medcom.id