Suma.id: Sebuah informasi di Facebook menyebut tanaman hias dieffenbachia atau yang dikenal dengan nama Sri Rejeki, berbahaya karena beracun, terutama bagi anak-anak.
Tanaman yang di Indonesia dikenal sebagai Sri Rejeki itu disebut sering dipakai anak-anak untuk bermain masak-masakan sehingga berisiko termakan dan berbahaya.
Dalam unggahkan tersebut narasinya:
Info penting:bagi saudara2 fb.mohon jaga anak2 atau siapa pun utx mnjauhi tumbuhan yg ada di gmbar ini…terutama pada anak2..info nya tumbuhan ini di pke masak2an sma anak2..tumbuhan ini mmiliki racun..dan anak di gambar ini tlah mnjadi korban.
#mohon utx di sebar luaskan kepada publik.trimakasih”
Namun, benarkah tanaman sri rejeki berbahaya dan beracun, terutama bagi anak-anak?
Unggahan misinformasi yang menyebut tanaman hias dieffenbachia beracun dan berbahaya bagi anak-anak. Faktanya, tanaman yang dikenal sebagai Sri Rejeki adalah:
Bahwa unggahan dan foto tentang tanaman Sri Rejeki dan anak kecil tersebut sudah beredar sejak 2019.
Anak kecil yang tampak dalam unggahan foto tersebut bernama Nashwa. Dia sempat mengalami pembengkakan di sekitar mulut karena memakan daun tanaman Sri Rejeki.
Namun, Nashwa telah sembuh selepas mendapatkan perawatan obat dari dokter.
Tanaman dieffenbachia memang sangat umum dijumpai sebagai tanaman rumah tangga. Tapi, benarkah dieffenbachia dapat menyebabkan pembengkakan dan iritasi jika termakan atau terkena mata setelah bersentuhan dengan daunnya?
Profesor farmakologi dari University of Pittsburgh Medical Center, Ed Krenzelok, mengatakan belum pernah melihat kematian terkait tanaman diffenbachia.
Penyebab iritasi dari dieffenbachia itu berasal dari kandungan zat kimia yang disebut kalsium oksalat. Zat itu terdapat dalam berbagai tumbuhan, termasuk tanaman pangan.
Di tanaman dieffenbachia dan beberapa kelompok tumbuhan lainnya, kalsium oksalat itu membentuk kristal mikroskopis yang disebut raphides. Kristal itu dapat merobek dan mengiritasi jaringan di mulut atau mata Anda.
Keracunan dari menelan tanaman yang mengandung oksalat jarang terjadi karena sakit mulut yang hebat biasanya mencegah anak-anak untuk memakan tanaman tersebut dalam jumlah yang signifikan.