SUMA.ID – Apple menghadapi tantangan besar akibat kehilangan talenta AI kunci ke perusahaan seperti Meta dan OpenAI. Krisis ini mengancam perkembangan Apple Intelligence dan menempatkan Apple di persimpangan kritis untuk mengejar ketertinggalan di ranah kecerdasan buatan.
Meta Gencar Membajak Talenta AI Apple
Meta telah melancarkan strategi perekrutan agresif dengan menawarkan paket kompensasi yang luar biasa. Salah satu kehilangan terbesar Apple adalah Ruoming Pang, mantan kepala tim Foundation Models, yang kabarnya menerima tawaran finansial dari Meta yang melebihi gaji eksekutif papan atas. Selain Pang, peneliti senior seperti Mark Lee, Tom Gunter, dan Bowen Zhang juga berpindah ke divisi Superintelligence Labs Meta, memperkuat ambisi mereka dalam pengembangan AI.
Selain Meta, perusahaan seperti OpenAI, xAI, dan Cohere juga berhasil menarik talenta Apple, termasuk Brandon McKinzie dan Dian Ang Yap, yang bergabung dengan OpenAI.
Dampak Kehilangan Talenta pada Apple Intelligence
Kepergian para pakar ini digambarkan sebagai “guncangan besar” bagi Apple. Ruoming Pang, yang memimpin pengembangan model AI internal dan mendukung inisiatif open-source, meninggalkan kekosongan kepemimpinan yang signifikan. Apple Intelligence, yang mencakup fitur seperti Genmoji dan pembaruan Siri, kini menghadapi risiko tertinggal dari pesaing seperti Google dan OpenAI. Kekhawatiran internal tentang performa AI dan keterbatasan model on-device Apple (dengan parameter maksimum 3 miliar, dibandingkan model cloud kompetitor dengan lebih dari 1 triliun parameter) semakin memperburuk situasi.
Respons Apple: Strategi Pemulihan Tim Cook
Menanggapi krisis ini, CEO Apple Tim Cook menggelar rapat seluruh karyawan, menegaskan bahwa AI adalah peluang besar yang harus dimenangkan. Cook mengumumkan peningkatan investasi dalam riset AI, percepatan perekrutan talenta baru, dan eksplorasi akuisisi strategis. Ada pula spekulasi bahwa Apple sedang mempertimbangkan kerja sama dengan Thinking Machines Lab untuk memperkuat fondasi teknologi AI-nya. Selain itu, Apple mulai menjajaki integrasi model eksternal seperti ChatGPT dari OpenAI atau Claude dari Anthropic untuk mempercepat pengembangan Siri.
Perang Talenta AI di Silicon Valley
Krisis Apple mencerminkan persaingan sengit dalam perang talenta AI di Silicon Valley. Perusahaan seperti Meta, OpenAI, dan Google bersaing untuk merekrut peneliti terbaik dengan menawarkan gaji besar, kebebasan riset, dan akses ke infrastruktur AI canggih. Meta, misalnya, dilaporkan menawarkan bonus penandatanganan hingga $100 juta untuk talenta top, sebuah angka yang sulit ditandingi Apple tanpa mengubah struktur kompensasinya.
Sementara itu, hanya sekitar 1.000–2.000 orang di dunia memiliki pengalaman mendalam dalam pengembangan model AI dasar, menjadikan mereka sebagai aset strategis yang setara dengan kekayaan intelektual atau unit bisnis.
Kesimpulan
Apple berada pada titik kritis dalam pengembangan Apple Intelligence. Kehilangan talenta kunci ke Meta dan perusahaan lain menimbulkan ancaman serius terhadap kemampuan Apple untuk bersaing di era AI. Dengan strategi agresif Meta dan tekanan dari pesaing seperti OpenAI, Apple harus segera memperkuat timnya, meningkatkan inovasi, dan mungkin mempertimbangkan pendekatan baru seperti kolaborasi eksternal. Tanpa langkah cepat, Apple Intelligence berisiko tertinggal dalam perlombaan teknologi AI yang semakin kompetitif.