Suma.id: Jumlah demonstran penentang mandat vaksin Covid-19 di luar parlemen Selandia Baru membengkak pada Rabu, 16 Februari 2022. Para pedemo tetap berunjuk rasa meski polisi mengancam akan mengangkut kendaraan mereka semua jika tidak segera membubarkan diri
Terinspirasi demonstrasi pengemudi truk di Kanada, pengunjuk rasa memblokade beberapa ruas jalan di sekitar parlemen ‘Beehive’ Wellington selama sembilan hari dengan truk, van, dan sepeda motor. Sebagian dari mereka juga berkemah di halaman depan gedung khusus.
“Ada gelombang pengunjuk rasa di Parlemen hari ini, termasuk anak-anak. Namun, kerumunan itu relatif tertib,” kata Asisten Komisaris Polisi Richard Chambers, dilansir dari AFP.
Ia memperkirakan ada sekitar 450 kendaraan yang memblokade ruas jalan menuju gedung parlemen Beehive.
“Ini adalah situasi yang sangat kompleks. Kami merancang taktik yang perlu kami ambil agar situasinya tidak memanas,” ungkap perwakilan Parlemen Selandia Baru.
Polisi memberikan ultimatum kepada pengunjuk rasa, yaitu memindahkan aksi protes atau semua kendaraan mereka akan disita. Belasan hingga puluhan kendaraan terlihat pergi secara sukarela setelah ultimatum tersebut.
Protes di Selandia Baru dimulai sebagai aksi menentang mandat vaksin Covid-19. Tetapi para demonstran itu bergabung dengan kelompok-kelompok lain yang menyerukan diakhirinya pembatasan pandemi Covid-19 dan beberapa isu lain, termasuk hak-hak komunitas etnis Maori.
Diperkirakan, unjuk rasa menentang mandat vaksin di Selandia Baru ini belum mencapai puncaknya.
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut demonstrasi ini sebagai fenomena ‘impor’ dari Kanada. Ia menolak seruan untuk menghapus semua pembatasan di saat Selandia Baru sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19 karena varian Omicron.
Kasus harian Covid-199 akibat varian Omicron di Selandia Baru terus meningkat. Hari Rabu ini, angkanya melebihi 1.100 kasus.
Selandia Baru merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus Covid-19 terendah di dunia. Sejak awal pandemi, Selandia Baru mencatat total 22.300 infeksi dengan 53 kematian.
Perbatasan Selandia Baru secara umum masih ditutup, dengan puluhan ribu ekspatriat negara tersebut kesulitan untuk pulang kampung.