Suma.id: Kementerian Kesehatan akan menggencarkan vaksinasi polio di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh mulai pekan depan. Hal itu sebagai respons cepat yang dilakukan dari ditemukannya tiga kasus polio di wilayah tersebut, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
“Minggu depan kita akan khusus datang ke Pidie untuk melakukan vaksinasi masif polio. Sekarang kan sudah ada tiga kasus di Pidie, Senin depan kita akan mulai vaksinasi,” kata Budi di Shangri La Hotel, Jakarta, akhir pekan kemarin.
Menkes menegaskan, munculnya kasus polio di Indonesia saat ini terjadi karena sejumlah kabupaten kota masih rendah tingkat vaksinasi polionya. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan rendahnya tingkat vaksinasi itu. Pertama karena covid-19, kedua karena rendahnya literasi masyarakat soal vaksinasi.
“Nanti kita akan buka daerah mana saja yang vaksin polionya rendah. Saya minta bantuan untuk yuk kita tingkatkan vaksinasi polio. Karena kalau enggak, bisa terjadi lagi outbreak,” ujar Budi.
Selain di wilayah Pidie, mulai 5 Desember 2022 Kemenkes akan melaksanakan imuniasi OPV dan IPV di seluruh kabupaten/kota wilayah Aceh. Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), imunisasi polio menyasar anak-anak berusia di bawah 13 tahun dan 15 tahun.
“Di samping kita mempersiapkan imunisasi, kita melakukan surveilans yang aktif ke fasilitas kesehatan. Jangan-jangan ada yang belum terlaporkan anak-anak yang memiliki gejala polio,” papar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu.
Pihaknya mengakui bahwa cakupan imunisasi OPV dan IPV untuk pencegahan polio di Indonesia memang masih rendah. Pada 2020, cakupan vaksinasi OPV hanya mencapai 86,8 persen dan IPV sebesar 37,7 persen. Lalu pada 2021, cakupan imunissi OPV menurun jadi 80,2 persen dan IPV 66,2 persen.
“Jadi 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota masuk kriteria high risk untuk cakupan polio yang rendah. Indonesia ini memang high risk untuk terjadinya KLB polio,” sambungnya.
<span;>