Jakarta, suma.id – Solidaritas dunia musik terhadap Palestina terus menguat melalui kampanye global No Music For Genocide. Ribuan musisi dan label rekaman dari berbagai negara telah bergabung dalam aksi geo-block, yaitu menarik karya mereka dari platform streaming di Israel sebagai bentuk protes terhadap konflik dan kekerasan yang terjadi sejak Oktober 2023.
Marina Diamandis dan Lorde Ikut Boikot
Salah satu artis terbaru yang bergabung adalah Marina Diamandis, penyanyi asal Wales. Ia resmi menarik album terbarunya, Princess of Power, dari layanan streaming di Israel. Marina juga meminta label rekaman lamanya, Atlantic Records, untuk menghapus semua katalog musiknya yang masih tersedia di negara tersebut. Langkah ini mengikuti keputusan serupa dari penyanyi Lorde, yang juga memblokir akses katalog musiknya di Israel.
Apa Itu No Music For Genocide?
Diluncurkan pada 18 September 2025, kampanye No Music For Genocide awalnya didukung oleh lebih dari 400 musisi dan label rekaman dari seluruh dunia. Gerakan ini bertujuan untuk memblokir akses musik di Israel sebagai wujud solidaritas terhadap korban konflik di Palestina, terutama perempuan dan anak-anak. Hingga awal Oktober 2025, jumlah partisipan telah melampaui 1.000 artis, termasuk nama-nama besar seperti Björk, Massive Attack, Paramore, Rina Sawayama, Arca, dan Japanese Breakfast.
Tujuan dan Dampak Kampanye
Kampanye ini tidak hanya menjadi bentuk kepedulian kemanusiaan, tetapi juga strategi untuk “mengisolasi dan mendelegitimasi” Israel melalui kekuatan budaya. Para musisi berharap aksi ini dapat mendorong penolakan terhadap normalisasi hubungan dengan Israel serta menekan industri musik global untuk menghentikan kerja sama komersial dengan negara tersebut. Gerakan ini juga diharapkan mampu mendorong label rekaman besar seperti Sony, Universal, dan Warner untuk mengambil sikap tegas, serupa dengan langkah mereka saat menghentikan operasional di Rusia pada 2022 pasca-invasi ke Ukraina.
Mengapa Gerakan Ini Penting?
Dengan semakin banyaknya artis yang terlibat, No Music For Genocide diyakini mampu memperkuat opini publik global dan menentang praktik art-washing, yaitu penggunaan seni untuk menutupi isu pelanggaran hak asasi manusia. Kampanye ini juga menjadi simbol solidaritas dunia seni terhadap perjuangan rakyat Palestina, sekaligus memperkuat tekanan terhadap isu kemanusiaan di kawasan tersebut.
Dengan keterlibatan artis-artis ternama dan dukungan yang terus bertambah, No Music For Genocide menjadi salah satu gerakan budaya paling signifikan dalam mendukung keadilan dan perdamaian untuk Palestina.














