Suma.id: Perjalanan tim Ekspedisi Bakti untuk Negeri melihat pembangunan jaringan internet di wilayah-wilayah terluar Indonesia telah sampai di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Di wilayah ini masih terdapat 74 desa yang blank spot atau tidak ada jaringan telekomunikasi sama sekali.
Pemerintah daerah melalui Dinas Kominfo Kabupaten Donggala bekerja sama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) menargetkan pembangunan sebanyak 47 base transceiver station (BTS) pada 2021 ini.
Menurut Sekretaris Diskominfo Kabupaten Donggala Eldwi Krismilarto, pembangunan BTS ini juga akan melibatkan pemerintah desa dan masyarakat setempat.
“Kami melakukan sosialisasi kepada pemerintah desa dan masyarakat bahwa manfaat dari internet ini sangat menguntungkan dan bagus sekali untuk ke depannya. Jadi ada kerja sama, masyarakat hibahkan tanahnya, diserahkan kepada Pemda Donggala yang bekerja sama dengan BAKTI. Istilahnya pinjam pakai lahan,” jelas Eldwi dalam program Bakti untuk Negeri yang tayang di Metro TV, tadi malam.
Salah satu pembangunan BTS yang sedang berlangsung ialah di Desa Tanampulu, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala. Desa ini cukup terisolasi karena belum ada jaringan internet, diperparah dengan kondisi akses jalan yang tidak bagus.
Berpenduduk 788 jiwa, warga Desa Tanampulu mayoritas bekerja sebagai petani. Sawit belakangan jadi andalan perekonomian warga, dilengkapi dengan hasil panen dari berbagai buah yang ditanam sebelumnya. Beberapa warga juga memulai usaha budidaya sarang burung walet.
Kepala Desa Tanampulu Jumai mengakui susahnya warga mengakses jaringan internet. Menurutnya, masyarakat harus pergi gunung atau ke kantor kecamatan yang terletak jauh di kota untuk bisa menikmati internet.
“Apalagi sekarang adanya covid-19, anak sekolah kan sekarang (belajar) pakai online. Jadi masyarakat setengah mati cari sinyal, terutama anak sekolah,” ungkap Jumai.
Perangkat desa
Tidak hanya untuk keperluan sekolah, lanjutnya, sinyal internet juga dibutuhkan perangkat desa. Antara lain untuk keperluan koordinasi desa dengan pemangku kepentingan terkait. “Aparat desa lain kan pakai internet semua, di sini kan tidak ada,” katanya.
Jumai bersyukur di desanya sedang dibangun BTS yang akan bermanfaat untuk masyarakat desa termasuk warga Kecamatan Banawa Selatan.
Di Desa Tanampulu, pelajaran tatap muka untuk sekolah dasar masih dilaksanakan secara bergilir. Pasalnya, bukan hanya terkendala koneksi internet, sebagian peserta didik juga memiliki keterbatasan ekonomi keluarga karena sebagian dari orang tua mereka tidak memiliki HP.
“Mudah-mudahan nanti ada jaringan internet, supaya anak-anak bisa belajar online,” ungkap Masturah, guru SD di Desa Tanampulu.
Sektor lain yang sangat membutuhkan internet adalah pelayanan kesehatan. Puskesmas, misalnya, juga membutuhkan koordinasi informasi yang cepat dan efektif terlebih di masa pandemi covid-19. Pasalnya, di desa ini belum bisa terlaksana dengan baik karena kendala jaringan.
Walaupun dihadapkan pada banyak keterbatasan, Desa Tanampulu menyimpan sebuah kekayaan dari keberagaman warganya. Dihuni oleh penduduk yang dibagi menjadi tiga dusun, ada tiga pula kepercayaan mayoritas yang dianut warga di sini, yakni Islam, Kristen, dan Hindu.
Keragaman adat dan budaya di Desa Tanampulu bermula dari program transmigrasi yang digagas pemerintahan Orde Baru. Namun, kata Kepala Dusun 3 Tanampulu Made Wirawan, seiring perkembangan zaman jumlah penduduknya kian menurun. Alasannya, banyak warga yang pergi untuk mencari daerah yang lebih maju.
“Karena di sini jaringannya lambat, susah sekali kami memperoleh sinyal. Mereka ingin bertemu, berbicara dengan keluarganya, susah. Mudah-mudahan pemerintah pusat bisa membantu desa kami yang sangat terpencil ini supaya bisa dibangun jaringan internet,” katanya.
Untuk menjawab harapan warga akan mendesaknya kebutuhan jaringan di Tanampulu, BAKTI Kominfo bekerja sama dengan aparat desa membangun tower BTS. Proses pembangunan BTS di Desa Tanampulu masih berada di tahap penggalian.
Targetnya, pembangunan rampung pada tahun ini dan bisa langsung dimanfaatkan masyarakat. CME Project Manager Satrio Prakoso menyebut nantinya tower BTS ini bisa memancarkan sinyal internet sejauh 2 sampai 3 kilometer.
Hadirnya internet di Desa Tanampulu pun diharapkan dapat menumbuhkan literasi digital. Salah satunya untuk menangkal kabar bohong atau hoaks sehingga toleransi dan harmoni di desa ini tetap terjaga dan dapat dicontoh oleh seluruh rakyat negeri ini. (mi/adv)