Suma.id: Meski tergolong wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), cakupan internet di Kabupaten Natuna sebetulnya sudah tercukupi dengan baik. Namun, ada beberapa desa yang letaknya tak jauh dari Kota Ranai masih terkendala akses internet yang memadai. Hal itu dipicu kondisi topografi beberapa wilayah di pulau ini. Salah satunya pulau Bunguran Besar yang terhalang dataran tinggi Gunung Ranai. Akibatnya, jangkauan internet dan telekomunikasi di wilayah itu jadi terhambat.
Di Pulau Bunguran Timur Laut, masih ada 3 desa yang belum mendapatkan jaringan telekomunikasi memadai. Salah satunya Desa Seleman. Warga desa setempat, harus rela mencari sinyal ke dataran lebih tinggi untuk bisa mengakses internet demi kepentingan pendidikan di masa pandemi. Seperti dilakukan Nurdian Fahmi yang setiap hari harus mencari titik sinyal terbaik agar bisa mengajar secara daring.
“Setiap hari saya harus mencari sinyal kuat. Kalau tidak, perintah dari provinsi bisa terlambat,” kata guru di Desa Seleman ini.
Ia mengatakan pernah mendapat teguran dari atasan tempatnya bekerja karena perintah kegiatan yang terlambat masuk ke email. “Email dikirim pagi, sampainya malam, atasan jadi marah,” jelas Dian.
Sayangnya, kata dia, menjelaskan kendala sinyal di beberapa wilayah di Pulau Natuna ini masih sulit.
“Saya harap, bukan hanya sinyal di kota besar yang difasilitasi, daerah terpencil juga diperhatikan,” kata dia.
Di masa pandemi, dalam proses belajar mengajar secara daring sinyal jadi hal krusial di pulau tersebut. Sebab, akses internet jadi tulang punggung kelancaran proses belajar mengajar jarak jauh. Di SMAN 2 Natuna misalnya, ruang kelas kosong dan hanya ada beberapa guru di sekolah. Murid yang datang ke sekolah pun bergantian dan hanya datang apabila ada keperluan.
Zerlina, siswi SMAN 2 Natuna, berharap agar belajar tatap muka bisa dimulai kembali dan pandemi cepat berlalu. Ia mengaku sering terganggu belajar apabila tiba-tiba kuota habis atau sinyal sulit.
“Kadang ada juga yang tidak punya HP sehingga kami pinjam sana sini,” kata dia.
Adinda, guru seni di SMAN 1 Seleman pun berinisiatif untuk mengadakan pelajaran daring tanpa wajib bertatap muka. Salah satunya, mewajibkan anak-anak didiknya mengunduh perintah kegiatan di akun instagram miliknya dalam jangka waktu tertentu. “Adapun materinya saya upload di kanal youtube bisa diakses kapan saja oleh murid,” kata dia.
Potensi alam
Terlepas dari predikat sebagai wilayah 3T, nyatanya Pulau Natuna punya potensi alam mempesona dan menakjubkan. Mulai dari lautnya yang biru, pantainya yang berpasir putih berbatu dan bertebing hingga gunung. Namun, pusat pariwisata tidak terekspos di media sosial. Sebab beberapa tempat pariwisata masih sulit akses internet. Padahal, pada 29 November 2018 silam Kepulauan Natuna didaulat sebagai salah satu lokasi Geopark Nasional.
Pemerintah melalui program BAKTI Kominfo pun membantu agar pulau terdepan yang dikelilingi tetangga negara dari Asia Tenggara ini bisa dikenal hingga mancanegara dengan menyiapkan infrastruktur penunjang, menara base transceiver station (BTS). Pembangunan BTS di lokasi yang belum terjangkau sinyal seperti Desa Seleman ini tengah masuk tahap pembuatan fondasi.
BTS Engineer Desa Seleman Syaiful Wahyudi menyampaikan jalur mendaki kendaraan pengangkut material harus mendapat perhatian. Sebab, ada jembatan kecil penghubung di jalur menuju situs pembangunan BTS yang hanya mampu menahan beban ringan.
“Untuk itu kami pun harus menambahkan penopang beban agar mampu menahan kendaraan yang mengangkut ready to mix material sampai ke lokasi pembangunan,” kata dia.
Pembangunan BTS yang merata di Kepulauan Natuna ini diharapkan mampu memperkenalkan wilayah tersebut lebih luas lagi. Promosi yang gencar akan keindahan pulau ini sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Selain itu, diharapkan meratanya akses internet bisa mendatangkan manfaat di sektor pendidikan, pelayanan publik, hingga mengangkat derajat ekonomi warga di wilayah setempat.