Suma.id: Korea Selatan akan segera meluncurkan proyek percontohan dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI), pengenalan wajah, dan ribuan kamera CCTV untuk melacak pergerakan warga yang terinfeksi covid-19. Meski dapat membantu penanganan pandemi Covid-19, proyek tersebut dikhawatirkan memicu perdebatan seputar privasi warga.
“Proyek ini akan mulai beroperasi pada Januari di Bucheon,” kata seorang pejabat Korsel, dikutip oleh TRT, Senin, 13 Desember 2021.
Sistem terbaru itu menggunakan algoritma AI dan teknologi pengenalan wajah untuk menganalisis rekaman yang dikumpulkan oleh lebih dari 10.820 kamera CCTV. Nantinya, sistem akan melacak pergerakan orang yang terinfeksi Covid-19 beserta siapa-siapa saja kontak dekatnya.
Dokumen rencana proyek setebal 110 halaman tersebut telah diserahkan ke Kementerian Sains dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Korsel (ICT).
Pemerintah di seluruh dunia telah beralih ke teknologi baru serta memperluas kekuatan hukum untuk mencoba membendung gelombang infeksi Covid-19. Tiongkok, Rusia, India, Polandia dan Jepang, serta beberapa negara bagian AS lainnya, juga telah meluncurkan — atau setidaknya bereksperimen — dengan program serupa.
Otoritas Bucheon mengatakan, sistem itu dapat mengurangi beban kerja tim pelacak yang selama ini sibuk memantau pergerakan warga yang jumlahnya lebih dari 800.000. Diharapkan, sistem dapat membantu tim bekerja lebih efisien dan akurat.
Korsel memiliki sistem pelacakan kontak berteknologi tinggi yang agresif. Melalui sistem itu, Korsel dapat mengettahui catatan kartu kredit seseorang, data lokasi ponsel dan rekaman CCTV, serta informasi pribadi lainnya.
Namun, sistem semacam itu masih harus dipantau secara manual oleh staf yang bekerja secara bergantian selama 24 jam. Dalam penawaran pendanaan nasional untuk proyek percontohan pada akhir 2020, Wali Kota Bucheon Jang Deog-cheon berpendapat bahwa sistem seperti itu akan membuat penelusuran kontak menjadi lebih cepat.
“Terkadang butuh berjam-jam untuk menganalisis satu rekaman CCTV. Menggunakan teknologi pengenalan visual memungkinkan analisis seperti itu selesai dalam sekejap,” tuturnya di Twitter.
Sistem ini juga dirancang untuk mengatasi fakta bahwa tim pelacak harus sangat bergantung pada kesaksian pasien Covid-19, yang tidak selalu jujur tentang aktivitas dan keberadaan mereka.
Kementerian Sains dan ICT mengatakan, sejauh ini belum ada rencana untuk memperluas proyek di Bucheon ke tingkat nasional.