Suma.id: Harga beras di sejumlah wilayah mengalami kenaikan cukup signifikan. Namun, Perum Bulog Kantor Wilayah Lampung memastikan stok beras jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru) aman dengan catatan melakukan penyerapan dan bekerja sama dengan sejumlah mitra.
“Untuk mengamankan stok beras kami terus melakukan penyerapan dan bekerja sama dengan mitra-mitra,” kata Kepala Bulog Kanwil Lampung, Etik Yulianti, akhir pekan kemarin.
Etik menyampaikan pihaknya terus berkomunikasi agar para mitra agar berkontribusi memasukkan beras ke Bulog. “Beberapa mitra yang di Kalianda, Lampung Selatan, khususnya di daerah Palas sudah memasukkan berasnya ke Bulog. Sehingga kami akan melakukan penyerapan sampai dengan akhir tahun ini,” ungkapnya.
Ia menargetkan stok beras di gudang Bulog sebanyak 15 ribu ton hingga akhir tahun. Dengan demikian stok beras baru dipastikan aman.
“Sebelumnya ada sedikit berita yang membuat Bulog memiliki stok tipis. Tapi kamarin tim kami berkeliling ke penggilingan untuk memastikan apakah ada stok beras yang masuk ke Bulog. Dan stok berasnya aman,” kata dia.
Sementara itu, harga beras di Pasar Tamin, Kota Bandar Lampung, terus merangkak naik sejak sebulan terakhir. Pedagang sembako, Nurika mengatakan, harga beras kualitas medium terus mengalami kenaikan dari harga sebelumnya Rp9.500 naik menjadi Rp11ribu/kg.
Menurutnya, kenaikan harga beras biasa terjadi jelang Natal atau hari raya lainnya. Harga beras naik terjadi hampir satu bulan terakhir.
Dia menambahkan, kenaikan harga beras dikeluhkan para konsumen. Meski begitu ia mengaku tidak mengurangi daya beli masyarakat untuk membeli komoditas ini, sebab beras merupakan kebutuhan utama.
“Ada saja pembeli mengeluh harga beras naik ini. Mereka kaget tiba-tiba ada kenaikan. Namun tetap membeli dikarenakan beras merupakan kebutuhan yang paling utama,”ujarnya.
Kontrol Pasar
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional dan Bulog mengeklaim telah menggelontorkan beras ke pasaran untuk menstabilkan harga komoditas pangan pokok tersebut menjelang libur Nataru.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi menyebut cadangan beras per November 2022 berada di posisi 569 ribu ton, sehingga pada November—Desember diperlukan pelepasan stok sekitar 150 ribu—200 ribu ton/bulan.
“Pada semester kedua ini, khususnya November—Desember menjelang Nataru memang waktunya kami melepas stok untuk pengendalian harga. Terlebih pemerintah menargetkan inflasi di November dan Desember ini turun agar tidak melebihi angka pertumbuhan ekonomi,” kata Arief.
Arief menargetkan stok beras di tingkat masyarakat tersedia dan stabilitas harganya terjaga. “Kami akan optimalkan stok Bulog yang tersedia sekarang sekitar 569 ribu ton, sambil terus melakukan penyerapan. Memang target kami stok beras Bulog pada akhir tahun 1,2 juta ton dengan mengutamakan produksi dalam negeri, tetapi apabila sampai waktunya belum juga bisa terpenuhi, terpaksa last option harus kami cukupi dari luar,” ujarnya.
Dari data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan produksi beras pada November mencapai 2,2 juta ton dan Desember 1 juta ton sehingga totalnya sekitar 3 juta ton. sementara kebutuhan konsumsi beras di angka 2,5 juta ton—2,6juta ton/bulan. Dari jumlah tersebut terdapat selisih sekitar 2 juta ton.
“Dengan stok yang ada dari panen-panen sebelumnya kebutuhan beras Nataru cukup. Kami menjamin stok beras cukup, jadi masyarakat jangan khawatir dan tidak perlu panik dengan berbelanja berlebihan, karena pemerintah akan menjaga agar stok beras ini bisa tersebar merata di masyarakat,” ujar dia.
Upaya menjaga stabilitas harga beras jelang Nataru tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta semua pihak memperhatikan kesiapan bahan pangan dan energi setiap menjelang hari besar keagamaan dan nasional. Hal tersebut penting mengingat akan terjadi lonjakan konsumsi dan mobilitas. Sedangkan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras, pemerintah perlu meningkatkan cadangan beras Bulog.
Arief menjelaskan idealnya pemenuhan cadangan beras Bulog dimaksimalkan pada musim panen raya semester I pada Maret dan April, sehingga pada semester II Bulog dapat mengintervensi pasar pada akhir tahun, dengan kisaran 150 ribu ton per bulan dan 200 ribu ton per bulan pada Januari—Februari 2023.
Dalam intervensi tersebut, pemerintah dapat melepas beras dengan harga Rp8.300 per kg dan sampai di masyarakat dengan harga Rp9.000/kg.